Domba Garut, Ovies Aries, sesuai namanya, pertama kali dikembangkan di wilayah Kabupaten Garut, tepatnya di daerah Limbangan. sekarang domba garut telah menyebar di seluruh provinsi Jawa Barat. terbentuknya ras domba garut di Jawa Barat dimulai tahun 1864. Pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan beberapa ekor domba merino yang kemudian pemeliharaanya diserahkan kepada KF Holle. Lima tahun kemudian, yaitu tahun 1869, domba-domba tersebut dibawa ke kabupaten Garut dan secara bertahap disebar k beberapa penggemar domba, antara lain kepada Bupati Limbangan dan kepada Van Nispen. Untuk Van Nispen diberikan seekor pejantan merino yang kebetulan pada saat itu ia telah memiliki seekor domba kaapstad. selain itu domba merino itu juga disebarkan ke beberapa daerah lain, antara lain seperti kabupaten Sumedang dan Bandung (Merkens dan Sumirat, 1926). Domba itulah yang diyakini sebagai embrio terbentunya ras domba garut. Jadi domba garut merupakan hasil persilangan antara domba lokal dan domba merino dari australia, dan domba Kaapstadz dari Afrika.
Bentuk tubuh domba garut relatif besar dengan badan besar dan berbentuk persegi panjang. Ciri khas domba garut terletak pada pangkal ekornya yang terlihat agak lebar dengan ujung runcing dan pendek. Dahi domba garut pun lebr dengan kepala pendek dan profil sedikit cembung, bermata kecil, dan memiliki tandk besar melingkar ke belakang dengan bentuk bervariasi. Tanduk besar merupakan ciri ketampanan domba garut jantan, sedangka domba garut betina kalaupun memiliki tanduk tentu berukuran kecil. warna bulu domba garut bervariasi, mulai dari putih, cokelat, hitam, hingga campuran ketiganya. Domba garut memiliki telinga yang pendek yang berbeda dibanding daun telinga jenis domba lokal lainnya. Kuping pendek ini dalam tatanan bahasa sunda disebut ngadaun hiris. Kalaupun ada domba garut yang berkuping panjang, sesuai standar sertifikasi nasional, tidaklah boleh lebih dari 8 cm, dan disebut kuping rumpung. luar biasa ya...(^_^).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar